detikNews |
"Masa tanggap darurat telah dilewati, yang dilanjutkan dengan masa rehabilitasi dan rekontruksi. Kini kita bisa saksikan, masyarakat berusaha bangkit dan kembali ke kehidupan semula dengan baik," kata CEO Plan Internasional, Nigel Chapman, disela berkunjung ke Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman, Sumatera Barat, dikutif detikNews, Rabu (14/7/2010).
Chapman mengatakan, pihaknya telah membangun sekitar 270 unit rumah tumbuh
atau sementara (transitional shelter) di lima desa di Kecamatan Pariaman Utara. Pihaknya juga telah mendirikan 10 sekolah darurat (transitional school), penyediaan paket peralatan belajar anak-anak dan peralatan mengajar guru, penyediaan klinik berjalan, membangun 70 unit instalasi air bersih dengan 62 sumur bor di 21 desa.
Menurut Chapman, saat rumah hancur atau berada di pengungsian, anak-anak dan
kaum perempuan adalah kelompok masyarakat yang paling rentan menghadapi resiko. Pada masa tanggap darurat, anak-anak menghadapi ancaman kekurangan pangan, serangan penyakit, terluka akibat lingkungan yang buruk dan rawan kekerasan.
"Semua anak yang kena dampak bencana saat ini berhasil beraktivitas normal,
penuh ceria. Oleh karena itu, kami hadir di Sumbar, khususnya di Pariaman melalui proyek Ruang Ramah Anak (Child Friendly Space). Kami mendampingi dan memfasilitasi 2.100 anak-anak di 21 desa di Kecamatan Pariaman Utara," jelas mantan Direktur BBC World Service ini.
Chapman menambahkan, semua kegiatan Child Friendly Space ini merupakan upaya
memberikan perubahan situasi dan kondisi anak-anak lebih baik. Tentunya keberhasilan Plan Internasional ini karena adanya dukungan besar dari pemerintah Sumbar.
Sementara itu, apakah Plan Internasional akan membangun gedung sekolah yang
lebih permanen atau tidak, Chapman menyerahkan semua keputusan kepada pemerintah dan masyarakat. "Kita hanya membantu membangun sekolah darurat sementara dulu. Diharapkan, pemerintah bisa memikirkan pembangunan gedung sekolah yang masih rusak itu," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar