Yusril Ihza Mahendra |
Rasa serba salah itu tersirat dalam tanggapan pertama Yusril soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut. "Keputusan MK atas uji materi Undang-undang Kejaksaan jadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Bagi presiden, pemerintah, dan siapa saja," kata Yusril di Jakarta, seperti dikutif Liputan6.com, Sabtu (25/9).
Menurut Yusril, kebersamaan dalam membangun bangsa dan negara sangatlah mutlak. Semuanya adalah warga bangsa yang sama-sama mencintai bangsa Indonesia. Karena itu, sebut Yusril, tidak ada yang menang maupun kalah dalam kasus tersebut.
"Semua ini bagi saya adalah kemenangan demokrasi dan konstitusi. Saya dengan dukungan banyak teman dan sahabat, memang melakukan perlawanan demokratis dan konstitusional. Memperjuangkan pendapat dan keyakinan saya bahwa Presiden telah salah mengambil langkah sekitar pemberhentian dan pengangkatan jaksa agung, ketika jabatannya berakhir 20 Oktober 2009 lalu," diplomasi Yusril
Yusril menginginkan agar negara berjalan di atas rel hukum dan konstitusi. Dia berjanji akan terus memperjuangkan hal tersebut. "Sayangnya, Mensesneg Sudi Silalahi, Hendarman Supandji, dan Denny Indrayana ngotot membela presiden dengan berbagai dalil dan argumen," kata mantan Mensesneg ini.
Sesuai dengan komentar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Yusril mengatakan bahwa dirinya tak memiliki kekuatan apa pun untuk menantang Jaksa Agung Hendarman Supandji di pengadilan, kecuali dengan ilmu dan nyali.
"Kalla memang benar. Kendaraan politik saya, Partai Bulan Bintang, telah terpuruk sejak Pemilu 2009 yang saya anggap sebagai pemilu paling buruk dalam sejarah reformasi," kata Yusril, seperti mengingat sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar