![]() |
| Suku Dayak Kalteng dalam suatu acara ritual adat |
Soal rawan konflik ini diakui oleh Kepala Badan Kesbang, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Kalteng, Rigumi. Untuk itu, timpalnya, semua pihak harus waspada dan selalu bergandengan tangan agar kekawatiran itu tidak terjadi.
"Kalteng sudah pernah merasakan pahit getirnya konflik etnik pada 2001 lalu. Jangan sampai hal itu terulang, karena akibatnya sangat menyengsarakan, bahkan bagi semua pihak," ucapnya kepada wartawan.
Dia atas nama pemerintaha daerah setempat mengaku sangat berharap kejadian memalukan tahun silam itu cukuplah dijadikan pelajaran berharga bagi semua pihak. Selanjutnya bersama-sama mencegahnya agar kejadian serupa tak pernah terjadi lagi di Kalteng.
"Penanganan konflik tidak bisa lagi dilakukan dengan cara biasa. Penanganan secara serius dan terpadu harus dilakukan secara cepat agar konflik tidak sampai meluas. Disini peran masyarakat sangat penting agar terwujud kehidupan berdampingan yang damai," katanya.
Meski dia percaya terhadap rasa persaudaraan yang dimiliki masyarakat Kalteng, namun, jelasnya, perlu juga suatu wadah kelembagaan khusus. Salah satunya Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM).
FKDM, imbuhnya, sekarang sudah terbentuk di 12 kabupaten di Kalteng. FKDM ini nantinya akan membantu pemerintah untuk melakukan deteksi dini terhadap potensi munculnya konflik.
"FKDM juga akan ikut berperan langsung menangani jika terjadi konflik sehingga bisa cepat diselesaikan. Kami sangat serius menjalankan berbagai program untuk menghantarkan Kalteng ke zona damai," ungkapnya.
Untuk kelanjutan program FKDM kedepannya, diakuinya, saat ini pihaknya sedang dalam proses pembuatan peta letak titik rawan konflik di Kalteng. Hak itu untuk memudahkan antisipasi dan pencegahan munculnya konflik yang mungkin akan terjadi karena berbagai sebab.
"Tapi mudah-mudahan konflik tak pernah terjadi lagi di Kalteng," pungkasnya, mengulangi.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar