web |
Channel NewsAsia (CNA) misalnya, menurunkan liputan khusus tentang dokumentasi Mbah Marijan dengan durasi cukup panjang. CNA memasukkan wawancara dengan abdi dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu, termasuk kiprahnya saat menjalankan upacara labuhan di Sri Manganti dan Kendit, dua tempat yang tak seberapa jauh dari pucak Merapi yang dikeramatkan dan menjadi lokasi upacara.
CNA bahkan memuji loyalitas Marijan. Dalam closing dokumenter itu, CNA membuat catatan tentang Marijan. "Kepergiannya dalam posisi bersujud, menunjukkan dedikasi dan loyalitas mengemban amanah," tulis CNA.
Jaringan televisi CNN juga memberi porsi cukup lama tentang kepergian Mbah Marijan. Dalam dokumenter berdurasi hampir tiga menitan, CNN menurunkan laporan tentang loyalitas Marijan yang kepergiannya membuat ribuan orang berduka.
Bahkan CNN menjadikan kepergian Mbah Marijan itu sebagai bagian dari berita utama dengan judul berita Twin Disasters.
Rata-rata, media internasional menyebut sosok Marijan dalam beragam sebutan. Ada yang menyebutnya dengan nama gatekeeper, ada pula yang menyebutnya spiritkeeper.
Sedangkan harian The Independent mengutip ucapan Mbah Marijan sebagai judul; 'It's better for me to just stay here and pray' (Lebih baik bagiku untuk tetap di sini dan berdoa).
Memang akhirnya Mbah Marijan meninggal dunia akibat awan panas yang lebih dikenalnya dengan sebutan wedus gembel. Namun nama Mbah Marijan dan kematiannya dalam posisi sujud, ternyata malah membuat namanya melambung di dunia internasional. sumber : jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar