SUARAPUBLIC.COM - Pemerintah Cina kemarin mendesak Amerika Serikat bekerja sama lebih erat dalam rangka meredam ketegangan di Semenanjung Korea. Hal itu disampaikan diplomat senior Cina, Dai Bingguo, dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri James Steinberg di Beijing.
"Kami butuh ketenangan, bukan ketegangan. Dialog, bukan konfrontasi," kata Dai. Di tengah pertemuan itu, muncul ancaman baru dari Korea Utara, yang disebut-sebut sekutu dekat Cina. Sebagaimana dilansir kantor berita Korea Utara, KCNA, Pyongyang mengancam akan menyerang Korea Selatan jika Seoul jadi menggelar latihan militer di pulau yang disengketakan. "Perang nuklir akan meletus di Semenanjung Korea," demikian dilansir KCNA.
Peringatan Korea Utara ini datang setelah Korea Utara berjanji melakukan tanggapan yang lebih keras setiap serangan lebih jauh terhadap wilayahnya. Penembakan terhadap pulau itu merupakan pertama kali sejak Perang Korea 1950-1953. Seoul menuding Pyongyang telah menyerang wilayahnya. Namun Pyongyang mengatakan serangan itu merupakan aksi balasan.
Adapun Jepang, pada hari yang sama, menyebut Korea Utara sebagai faktor penyebab ketidakstabilan di kawasan Asia. Tokyo mengatakan hal itu lantaran rudal dan program nuklir yang dijalankan Pyongyang. Seperti dilansir BBC, klaim itu tercantum dalam kajian pertahanan pemerintah Jepang, yang telah disetujui oleh kabinet.
Karena itu, Jepang berencana menempatkan pencegat rudal di seluruh negeri, dan jumlah kapal perang yang bisa menembak rudal akan ditambah. Kekuatan militer Jepang lebih besar daripada Inggris, tapi undang-undang dasar mereka tidak membolehkan militer melakukan serangan.
Dalam kajian itu juga disebutkan bahwa militer Cina sebagai sumber kekhawatiran internasional. Sebagaimana menanggapi ancaman Korea Utara, Jepang pun akan memusatkan perhatian dan kekuatan pertahanan di pulau-pulau yang berdekatan dengan Cina. Maklumlah, sejak terjadi Perang Dingin, pemerintah Jepang memberi perhatian besar di wilayah utara, yang dekat dengan Rusia.(*)
"Kami butuh ketenangan, bukan ketegangan. Dialog, bukan konfrontasi," kata Dai. Di tengah pertemuan itu, muncul ancaman baru dari Korea Utara, yang disebut-sebut sekutu dekat Cina. Sebagaimana dilansir kantor berita Korea Utara, KCNA, Pyongyang mengancam akan menyerang Korea Selatan jika Seoul jadi menggelar latihan militer di pulau yang disengketakan. "Perang nuklir akan meletus di Semenanjung Korea," demikian dilansir KCNA.
Peringatan Korea Utara ini datang setelah Korea Utara berjanji melakukan tanggapan yang lebih keras setiap serangan lebih jauh terhadap wilayahnya. Penembakan terhadap pulau itu merupakan pertama kali sejak Perang Korea 1950-1953. Seoul menuding Pyongyang telah menyerang wilayahnya. Namun Pyongyang mengatakan serangan itu merupakan aksi balasan.
Adapun Jepang, pada hari yang sama, menyebut Korea Utara sebagai faktor penyebab ketidakstabilan di kawasan Asia. Tokyo mengatakan hal itu lantaran rudal dan program nuklir yang dijalankan Pyongyang. Seperti dilansir BBC, klaim itu tercantum dalam kajian pertahanan pemerintah Jepang, yang telah disetujui oleh kabinet.
Karena itu, Jepang berencana menempatkan pencegat rudal di seluruh negeri, dan jumlah kapal perang yang bisa menembak rudal akan ditambah. Kekuatan militer Jepang lebih besar daripada Inggris, tapi undang-undang dasar mereka tidak membolehkan militer melakukan serangan.
Dalam kajian itu juga disebutkan bahwa militer Cina sebagai sumber kekhawatiran internasional. Sebagaimana menanggapi ancaman Korea Utara, Jepang pun akan memusatkan perhatian dan kekuatan pertahanan di pulau-pulau yang berdekatan dengan Cina. Maklumlah, sejak terjadi Perang Dingin, pemerintah Jepang memberi perhatian besar di wilayah utara, yang dekat dengan Rusia.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar