google.com, pub-5013500952012613, DIRECT, f08c47fec0942fa0
☆BreakingNews >
Home » , , , , » Salut buat TV ONE dan Metro TV

Salut buat TV ONE dan Metro TV

| Diposting : Kamis, 30 Desember 2010 | Pukul : 00.34.00 |

SUARAPUBLIC.COM - "Salut buat TV ONE dan Metro TV". Penggalan kalimat pendek namun penuh makna itu spontan terlontar dari mulut Arifin, warga Muara Teweh Kabupaten Barito Utara (Barut) disela nonton bareng laga final leg 2 AFF Susuzi di Tiara Batara samping kantor Bupati Barut, (29/12/2010).

Awalnya teman bicara disampingnya tak begitu memahami apa yang dilontarkan Arifin. Maklum saat itu keduanya memang sama-sama tengah asik menyaksikan olah bola salah satu punggawa Timnas, Irfan Bachdim, sebelum memberikan umpan matang kepada Gonzales.

Setelah Arifin, yang masih berstatus pelajar SLTA di Muara Teweh itu menyebut dua nama beken pembawa acara pada sebuah topik liputan khusus METRO TV dan TV ONE menjelang laga leg 2 final AFF antara Indonesia vs Malaysia, barulah teman bicaranya yang belakangan diketahui bernama Pirmansyah itu mengerti apa maksud Arifin yang tiba di sela ketegangan keduanya melontarkan kalimat "Salut buat TV ONE dan Metro TV".

"Iya luar biasa kerja keras mereka. Dengan cara itu mudahan para pemain kita lebih percaya diri lagi pada kemampuannya," kata Pirman, dengan logat gaya-gaya pembawa acara dua televisi top tanah air itu. "Oh jadi tadi yang diam, bukan karena khusus nonton timanas, tapi karena belum paham arti yang ku omongkan," timpal Arifin.

Memang, beberapa hari terakhir pasca kekalahan tim Garuda di Bukit Jalil Malaysia, dua telivisi yang sama-sama punya ruang khusus di hati masyarakat tanah air itu, tampak allout memfoloup materi pemberitaan seputar persiapan Tim kebanggaan tanah air dalam laga leg 2 final AFF melawan seteru abadi, Malaysia.

Metro TV menyajikan tiap saat perkembangan laga itu lewat topok penggugah GARUDA KINI SAATNYA. Sedangkan TV ONE, yang terkenal dengan ulasan-ulasan tajamnya soal kesenjangan sosial ditanah air, mengabarkan materi yang sama namun dengan gaya liputan berbeda melalui topik penyemangat BANGKITLAH GARUDAKU.

Hampir disetiap melakukan wawancara langsung dengan reporter mereka dilapangan, baik di tempat latihan timnas hingga seputar hiruk pikuk eforia kegembiraan ratusan juta masyarakat NKRI menyambut laga leg 2 pertandingan final sepak bola piala AFF Susuzi, pembawa acara tampak tak henti-hentinya membawakan kalimat puitis yang isinya asupan semangat buat punggawa timnas.

Kalimat atau ulasan-ulasan pembangkit semangat tanding pemain timnas terus digelorakan dalam dua acara itu ternyata punya makna tersendiri bagi masyarakat tanah air, salah satunya Arifin dan Pirman, warga Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Simpatik terutama kepada para pembawa acara itu dan narasumbernya yang terus dan tak hentinya membakar semangat pemain Timnas, lewat kalimat tegas dan lugas.

Terutama, TV ONE, yang tak bosan-bosanya menayangkan ulang pertandingan dramatis dan menegangkan antara Club kesebelasan MU-Monchen dan Liverpol-AC Milan. Seperti diketahui, dua pertandingan itu, pemenangnya diraih dengan perjuangan keras karena sebelumnya lebih dulu tertingal gol.

Apalagi Liverpon, sempat tertingal 3-0 tapi dengan kerja keras, kejelian dan keuletan para pemainnya berhasil membalikkan skor akhir. MU juga patut diajung jempol. Sempat tertinggal 1-0, dan baru mampu menyamakan kedudukan pada menit-menit terakhir, yang kemudian tak berselang beberapa menit mampu mengungguli lawannya.

Terlepas dari topik liputan Metro TV dan TV ONE, adalah memberikan sport dan bantuan buat kemajuan timnas Garuda wajib bagi seluruh rakyat negeri ini, terutama pihak berkuasa yang punya kekuatan atau kekuasaan mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan arah yang akan ditempuh timnas dalam wadah induknya PSSI.

Karena wajib disadari, bahwa buah kerja keras timnas itu, telah secara sempurna mampu merubah rasa nasionalisme rakyat terutama terhadap perubahan cara pandang, watak dan masyarakat yang belakangan mulai tergerus oleh kerasnya kehidupan zaman ini, utamanya akibat pengaruh kondisi perekonomian bangsa ini.

Hampir sepanjang hari rakyat negeri ini mengungkapkan rasa cintanya kepada timnas, tim Garuda dan kepada Negeri ini, paling khusus tentunya untuk para punggawanya yang telah mati-matian berlatih dan berjuang demi sebuah kemenangan. Rasa itu kemudian merayap bagai virus yang mampu menumbuhkan kembali rasa cinta penghuninya terhadap negeri ini, padahal sebelumnya sempat hampir memudar.

Terpenting dari momen ini adalah munculnya kekuatan baru terhadap rasa persaudaraan dan saling membantu antar masyarakat negeri ini terhadap orang-orang disekitarnya dan kepada seluruh rakyat dibelahan nusantara.

Kekuatan super power yang muncul dengan sendirinya dari akumulasi perasaan cinta terhadap timnas itu, disadari atau tidak, telah melahirkan kekuatan negatif yang mampu menghasilkan energi positif luar biasa.

Dimana tak adalagi muncul kalimat cemohoan terhadap negeri ini karena semua lapisan masyarakat seakan berlomba-lomba menunjukan kecintaannya terhadap NKRI. Tontonan yang praktis menggugah hati seluruh lapisan masyarakat negeri tercinta bak magnet baru dan menjadi simbol baru kekuatan demi jayanya bangsa ini.

Sebelumnya, hampir tak terdengar murid disekolah menyayikan lagu Garuda Pancasila apalagi sampai melombakannya pada sebuah laga Porseni. Tapi sejak istilah tim Garuda digelorakan timnas, tak hanya lagu Garuda Pancasila perkomandang, termasuk dengan persi baru (Band Netral), bahkan disebuah sekolah TK tak jarang anak murid bertanya tentang seekor burung Garuda kepada gurunya. Praktis dengan sendirinya, peryanyaan itu dimanfaatkan para guru untuk menjelaskan makna dan arti lima lambang yang ada didada labang negara itu.

Eforia menyambut kemenangan timnas ini telah mampu merubah hubungan dan talisilaturahmi antara sesama anak bangsa negeri ini. Seluruh lapisan masyarakat, dari beda suku, agama, hingga kasta, semuanya seakan merekat seperti lem menjadi satu dengan sebuah misi nasional untuk kejayaan timnas dengan lambang Garudanya.

Harus diakui, sejak pengucapan ikrar Sumpah Pemuda tahun silam, hal semacam itu sangat sulit dan jarang sekali terjadi, dimana semua lapisan masyarakat saling bahu membahu menggelorakan yel-yel kebangsaan demi mengharumkan nama Indonesia, utamanya ditingkat Asia Tenggara. Disinilah poin penting yang harus menjadi pertimbangan pemerintah dalam memberikan sebuah bentuk penghargaan kepada timnas atas jasanya berhasil menamah rekat hubungan rakyat negeri ini, terutama atas tumbuhnya kembali rasa nasionalisme tinggi terhadap negara ini.

Memang rasa itu masih dibalut oleh bayang-bayang keberhasilan timnas. Terlepas dari faktor masalah lain, tapi setidaknya rasa nasionalismen tinggi ini diharapkan terus bergerak seperti kekuatan negatif dengan energi positif yang mampu merubah cara pandang masyarakat terhadap bangsanya, terhadap para pemimpinnya, terutama rasa cintanya terhadap para pahlawan yang tentunya dengan cara tak mencederai cita-cita para pejuang terdahulu.

Sekarang tinggalah langkah atau respon pemerintah dalam upaya memupuk perubahan cara pandang rakyatnya terhadap negeri ini. Timnas sudah melakukan yang terbaik bagi negeri ini, meski akhirnya harus kalah dengan club yang pernah dipermalukannya di babak penyisihan, [Timnas Gagal Persembahkan Piala AFF 2010 Buat Rakyat Indonesia].

Terlepas dari cara negatif sporter dan para pemain negeri tetangga itu, disiplin, kerja keras yang mereka miliki patutlah ditiru. Utamanya cara mereka membangun dan membangkitkan mental yang pastinya sempat rapuh setelah dikalahkan timnas, hingga mereka mampu menjadi kekuatan maha dahsyat yang siap dan berhasil menggilas lawan main dihadapannya. Menjadi lebih istimewanya, kemenangan malaysia dengan hanya dilatih oleh mantan pemain lokal mereka si Rajagobal.

Disini tentunya dan dapat diyakini, pemerintahaan negeri jiran itu punya peran besar dibalik keberhasilan tim sepak bola mereka membalik keadaan hanya dengan tempo tak lebih sebulan. Apalagi salah satu pejabat negeri jiran itu setelah timnas mereka mampu mengalahkan timnas Indonesia, berani berkoar tidak akan memberikan bonus khusus kepada pemaian meski menang, dengan alasan tak mau menggunakan atau menghamburkan uang rakyat untuk dukungan keikutsertaan mereka dalam even bergengsi di asia tenggara itu.

Sungguh pantut dicontoh dan ditiru oleh bangsa ini, utamanya oleh para punggawa timnas. Tanpa embel-embel bonus mereka mampu bermain lebih bagus dari tim lain, bahkan bisa menggalkan impian rakyat negeri ini, padahal sebelumnya tim mereka sempat dipermalukan oleh timnas hingga skor mencolok 5-1. Tak ada pemberian bonus kepada pemain diumumkan pada acara resmi oleh pejabat mereka dalam sebuah jumpa pers di negeri jiran itu.

Tapi ini hanyalah sebuah gambaran, soal keberhasilan orang yang sebelumnya dianggap lemah dengan keyakinan dan ketekunan mampu menjadi kekuatan baru yang justru terbukti berhasil menggilas lawan yang pernah mempermalukan mereka pada laga sebelumnya atau penyisihan final even AFF.

Artinya memang sewajarnyalah rakyat dan pemimpin negeri ini memberikan sesuatu yang lebih kepada para pemain timnas dalam laga ini. Tapi tentunya bukan hanya sekadar keberhasilan masuk final, juga bukan karena penampilan memukau timnas pada babak penyisihan, termasuk keberhasil pejabatnya dengan program naturalisasinya.

Lebih dari itu, timnas secara tidak sadar telah mampu lebih mempererat rasa persaudaraan rakyat negeri ini, terutama terhadap rasa nasionalisme yang digelorakan pemain timnas hingga mampu menjadikan diri seluruh lapisan masyaraakat negeri ini tentang arti sebuah pengabdian kepada bangsa ini, dan kecintaan kepada seluruh pahlawan bangsa ini yang telah gugur dalam memperjuangkan harkat dan martabat bangsa ini dari tangan penjajahan.
Bagikan artikel ini :

Tidak ada komentar:

 
Hak Cipta© 2009-2016. Mardedi H Andalus | Semua hak dilindungi undang-undang.
Link: Facebook.com | Support: Creating Website | Blogger