SUARAPUBLIC - Meski provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan daerah kaya sumber daya alam, ratusan desa di wilayah tersebut tergolong rawan pangan. Ini dikemukakan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kalsel Hardi L Mantir di Banjarmasin, kemaren.
"Setidaknya ada 10 persen desa di Kalsel tergolong daerah miskin dan menghadapi masalah rawan pangan," ungkapnya.
Faktor penyebab banyaknya desa di provinsi itu yang berpotensi rawan pangan antara lain disebabkan tingginya intensitas bencana, sehingga menyebabkan ketersediaan pangan warga desa berkurang. Desa-desa itu sebagian besar berada di daerah terpencil dan tidak memiliki potensi sumber daya pertanian untuk dikembangkan.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kalsel, ujarnya, diperkirakan ada sekitar 200 dari 1.958 desa yang berada di 13 kabupaten/kota Kalsel tergolong desa rawan pangan.
Untuk mengatasi masalah itu,Badan Ketahanan Pangan Kalsel mendirikan lumbung-lumbung pangan dan bantuan desa pada desa rawan pangan. Sejauh ini baru terbentuk lumbung pangan di 15 desa di berbagai kabupaten.
"Disamping itu kita juga terus menyosialisasikan kepada warga untuk tidak mengandalkan beras (sebagai bahan pangan utama), tetapi dapat beralih ke makanan umbi-umbian dan sagu," tambahnya.
Hal senada dikemukakan Kepala Dinas Pertanian Kalsel Sriyono yang mengatakan tingginya intensitas bencana seperti banjir telah membuat kehidupan sebagian petani di Kalsel merosot. Setiap tahun puluhan ribu hektare areal persawahan rusak akibat banjir.
Sepanjang 2009, banjir menyebabkan 41.575 hektare dari 500.000 hektare lahan sawah di Kalsel rusak dan tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tanam. Sedangkan tahun ini, hingga Maret sedikitnya 1.500 hektare areal sawah yang rusak akibat bencana itu.
"Setidaknya ada 10 persen desa di Kalsel tergolong daerah miskin dan menghadapi masalah rawan pangan," ungkapnya.
Faktor penyebab banyaknya desa di provinsi itu yang berpotensi rawan pangan antara lain disebabkan tingginya intensitas bencana, sehingga menyebabkan ketersediaan pangan warga desa berkurang. Desa-desa itu sebagian besar berada di daerah terpencil dan tidak memiliki potensi sumber daya pertanian untuk dikembangkan.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kalsel, ujarnya, diperkirakan ada sekitar 200 dari 1.958 desa yang berada di 13 kabupaten/kota Kalsel tergolong desa rawan pangan.
Untuk mengatasi masalah itu,Badan Ketahanan Pangan Kalsel mendirikan lumbung-lumbung pangan dan bantuan desa pada desa rawan pangan. Sejauh ini baru terbentuk lumbung pangan di 15 desa di berbagai kabupaten.
"Disamping itu kita juga terus menyosialisasikan kepada warga untuk tidak mengandalkan beras (sebagai bahan pangan utama), tetapi dapat beralih ke makanan umbi-umbian dan sagu," tambahnya.
Hal senada dikemukakan Kepala Dinas Pertanian Kalsel Sriyono yang mengatakan tingginya intensitas bencana seperti banjir telah membuat kehidupan sebagian petani di Kalsel merosot. Setiap tahun puluhan ribu hektare areal persawahan rusak akibat banjir.
Sepanjang 2009, banjir menyebabkan 41.575 hektare dari 500.000 hektare lahan sawah di Kalsel rusak dan tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tanam. Sedangkan tahun ini, hingga Maret sedikitnya 1.500 hektare areal sawah yang rusak akibat bencana itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar