SUARAPUBLIC.COM - Pelaksanaan Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia (Persero) awal tahun depan, akan berdampak terhadap pendapatan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di 2011. Pasalnya, saat maskapai pelat merah tersebut melepaskan sahamnya ke publik, secara bersamaan utang Garuda di Bank Mandiri akan dikonversi menjadi 10,61 persen saham.
"Kalau dalam proyeksi kita (utang Garuda) belum masuk. Tapi, tentunya kalau jadi (IPO) nanti jadi bagian dari rencana kita juga. Karena kita ada dua proyeksi. Dari jauh-jauh hari sudah registrasi. Dan kita harapkan bisa segera, jadi bisa masuk (ke pendapatan Bamk Mandiri)," jelas Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/12/2010).
Pahala menambahkan, mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55 yang baru, collection credit akan menjadi bagian dari pendapatan di tahun yang berjalan. "Hasil dari pada penjualan IPO mereka bisa masuk," katanya.
Garuda telah menjalani proses restrukturisasi utangnya kepada Bank Mandiri sejak tahun 2001 lalu. Total kewajiban BUMN penerbangan ini kepada Bank Mandiri mencapai Rp 3,3 triliun. Angka ini termasuk pokok utang dan tingkat pengembalian tahunan yang disepakati.
Munculnya kewajiban Garuda Indonesia kepada Bank Mandiri dimulai dari tahun 1988, yaitu dari Ex legacy Bank Exim, BDN dan BBD yang memberikan beberapa fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) dan Promissory Notes (PN), kesemuanya secara bilateral, dengan total fasilitas sebesar 80 juta dolar AS dan Rp 168,4 miliar, terdiri dari Fasilitas KMK masing-masing sebesar 50 juta dolar AS dan Rp 160,9 miliar, serta fasilitas PN masing-masing sebesar 30 juta dolar AS dan Rp 7,5 miliar.
Terkait dengan restrukturisasi utang Garuda di Bank Mandiri, telah disepakati bahwa utang Garuda di Bank Mandiri sebesar 80 juta dolar AS plus Rp 168,4 miliar atau ekuivalen dengan 103 juta dolar AS dikonversi menjadi Mandatory Convertible Bond (MCB) dalam valuta rupiah, coupon 4 persen, tenor 5 tahun dan IRR 18 persen per annum.
Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Akta No. 24 tanggal 14 September 2001 mengenai Perjanjian Perubahan dan Pernyataan Kembali Perjanjian Penerbitan Obligasi Wajib Konversi, dimana nilai realisasi konversi tersebut adalah sebesar Rp 1,018 triliun.(*)
"Kalau dalam proyeksi kita (utang Garuda) belum masuk. Tapi, tentunya kalau jadi (IPO) nanti jadi bagian dari rencana kita juga. Karena kita ada dua proyeksi. Dari jauh-jauh hari sudah registrasi. Dan kita harapkan bisa segera, jadi bisa masuk (ke pendapatan Bamk Mandiri)," jelas Direktur Finance and Strategy Bank Mandiri, Pahala N Mansyuri kepada wartawan di Jakarta, Selasa (14/12/2010).
Pahala menambahkan, mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 50/55 yang baru, collection credit akan menjadi bagian dari pendapatan di tahun yang berjalan. "Hasil dari pada penjualan IPO mereka bisa masuk," katanya.
Garuda telah menjalani proses restrukturisasi utangnya kepada Bank Mandiri sejak tahun 2001 lalu. Total kewajiban BUMN penerbangan ini kepada Bank Mandiri mencapai Rp 3,3 triliun. Angka ini termasuk pokok utang dan tingkat pengembalian tahunan yang disepakati.
Munculnya kewajiban Garuda Indonesia kepada Bank Mandiri dimulai dari tahun 1988, yaitu dari Ex legacy Bank Exim, BDN dan BBD yang memberikan beberapa fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) dan Promissory Notes (PN), kesemuanya secara bilateral, dengan total fasilitas sebesar 80 juta dolar AS dan Rp 168,4 miliar, terdiri dari Fasilitas KMK masing-masing sebesar 50 juta dolar AS dan Rp 160,9 miliar, serta fasilitas PN masing-masing sebesar 30 juta dolar AS dan Rp 7,5 miliar.
Terkait dengan restrukturisasi utang Garuda di Bank Mandiri, telah disepakati bahwa utang Garuda di Bank Mandiri sebesar 80 juta dolar AS plus Rp 168,4 miliar atau ekuivalen dengan 103 juta dolar AS dikonversi menjadi Mandatory Convertible Bond (MCB) dalam valuta rupiah, coupon 4 persen, tenor 5 tahun dan IRR 18 persen per annum.
Kesepakatan tersebut kemudian dituangkan dalam Akta No. 24 tanggal 14 September 2001 mengenai Perjanjian Perubahan dan Pernyataan Kembali Perjanjian Penerbitan Obligasi Wajib Konversi, dimana nilai realisasi konversi tersebut adalah sebesar Rp 1,018 triliun.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar