google.com, pub-5013500952012613, DIRECT, f08c47fec0942fa0
☆BreakingNews >
Home » , , , , , » Isu Politik Uang Mulai Mewarnai Pilkada Aceh

Isu Politik Uang Mulai Mewarnai Pilkada Aceh

| Diposting : Sabtu, 22 Januari 2011 | Pukul : 14.03.00 |

Aceh perlu pimpinan pemulihan pasca tsunami
Banda Aceh - Isu politik uang mulai mewarnai pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) langsung Provinsi Aceh. Seperti diketahui, tak lama lagi, provinsi serambi Mekkah itu akan menyelenggarakan Pilkada Gubernur, Bupati dan Walikota, diperkirakan April 2011 ini.

Menanggapi isu politik uang tersebut, Ucok Hasibuan, mantan anggota DPRK Kota Langsa mengatakan, bila rakyat menginginkan pemimpin yang cerdas, santun dan peduli terhadap kesusahan rakyatnya maka pilihnya calon berdasarkan hati nurani, jangan sama sekali terpengaruh dengan janji dan pemberian uang.

"Calon berada ditengah-tengah masyarakat. Otomatis masyarakat mengetahui, siapa calon yang benar-benar layak dipilih. Karena, pemimpin yang dihasilkan dari perbuatan curang seperti politik uang akan membawa kesengsaraan bagi rakyat. Asalkan masyarakat punya komitmen, untuk menghasilkan pemimpin yang diinginkan tidaklah sulit," kata Ucuk, seperti dilaporkan Harian Global, kemaren.

Ucok berani memastikan, bila pemimpin dihasilkan dari politik curang seperti penghembusan isu kotor menyerang salah satu calon, kemudian menggunakan uang untuk menarik simpatik masa, akan melahirkan pemimpin kotor. "Karenanya diharapkan rakyat memilih pemimpin yang benar-benar punya kemampuan agar perubahan nasib seperti yang diharapkan, minimal bisa terwujud," tegas Ucok.

Disadarinya, bila kondisi masyarakat seperti sekarang ini sangat mudah tergoda oleh iming janji dan pemberian uang yang jumlahnya sebenarnya tak seberapa dibanding yang dikeruk oleh pemimpin kotor dan para kolegan dan keluarganya, bila sudah terpilih dan dilantik menjadi kepala daerah. "Jangan sampai terjebak. Perhatikan jangka panjang, jangan mudah terhasut dengan imingan yang manfaatnya sesaat," pintanya.

"Hidup kita (rakyat) memang susah, tetapi kita harus tetap memiliki sikap atau prinsip hidup, tidak menggadaikan harga diri dengan mempertaruhkan hidup anak dan keluarga kita lima tahun ke depan dengan pilihan didasari iming-iming rupiah," timpal Ucok.

Ucok berasumsi, buah dari pilihan pemimpin berdasarkan money politics akan melahirkan pemimpin yang kotor. Salah satu indikatornya, nanti ketika menjalankan amanat dan kepemimpiannya akan melahirkan dan merancang program kerja tidak berbasis kepada kepentingan rakyat. Melainkan lebih berbasis kepada kepentingan pribadi, kelompok dan kroninya.

"Itu bisa dari hukum sebab akibat. Jika terpilih mengeluarkan banyak biaya untuk membeli suara rakyat, pemimpin itu nantinya berupaya bagaimana caranya dapat mengembalikan uang yang telah dikeluarkan itu. Dia tak pernah peduli lagi dengan orang sekelilingnya, yang sebelumnya ikut berjuang bersama menarik simpatik rakyat untuk meraup suara sebanyaknya," pungkas Ucok.
Bagikan artikel ini :

Tidak ada komentar:

 
Hak Cipta© 2009-2016. Mardedi H Andalus | Semua hak dilindungi undang-undang.
Link: Facebook.com | Support: Creating Website | Blogger