SUARAPUBLIC.COM - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai, konsumsi energi bangsa Indonesia masih terlalu boros dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi nasionalnya, dengan nilai elastisitas di angka 2,02.
"Bandingkan dengan Jerman, Jepang dan berbagai negara lainnya yang elastisitasnya minus satu. Artinya sangat efisien dalam mengonsumsi energi," ujar Kepala BPPT Marzan A Iskandar pada Temu Mitra dan Workshop "Strategi Penurunan Elastisitas Energi" di Jakarta, Jumat (10/12/2010).
Menurut Marzan, saat ini setiap negara di dunia berlomba-lomba membuat nilai elastisitas energinya terus turun. Demikian pula Indonesia yang pada 2025 menargetkan nilai elastisitasnya di bawah satu.
Di skala rumah tangga, ia mencontohkan, masyarakat Indonesia memang boros energi, sering membiarkan lampu menyala ketika ruangan tidak digunakan atau menggunakan AC dengan suhu 18 derajat Celcius tetapi juga menggunakan selimut.
Sementara itu di skala industri, pemborosan juga tidak kalah besarnya akibat peralatan yang tidak terawat, kebocoran peralatan, atau pemanfaatan energi yang tidak hemat.
Marzan menyatakan, energi sebenarnya sangat mahal karena cadangannya yang sudah semakin menipis, namun karena adanya subsidi, maka masyarakat merasa energi di Indonesia sangat murah dan tak berpikir untuk berhemat.
Pemerintah juga sudah mencanangkan target menurunkan tingkat elastisitas energi kurang dari satu dan mengurangi intensitas energi sebesar satu persen per tahun.(*)
"Bandingkan dengan Jerman, Jepang dan berbagai negara lainnya yang elastisitasnya minus satu. Artinya sangat efisien dalam mengonsumsi energi," ujar Kepala BPPT Marzan A Iskandar pada Temu Mitra dan Workshop "Strategi Penurunan Elastisitas Energi" di Jakarta, Jumat (10/12/2010).
Menurut Marzan, saat ini setiap negara di dunia berlomba-lomba membuat nilai elastisitas energinya terus turun. Demikian pula Indonesia yang pada 2025 menargetkan nilai elastisitasnya di bawah satu.
Di skala rumah tangga, ia mencontohkan, masyarakat Indonesia memang boros energi, sering membiarkan lampu menyala ketika ruangan tidak digunakan atau menggunakan AC dengan suhu 18 derajat Celcius tetapi juga menggunakan selimut.
Sementara itu di skala industri, pemborosan juga tidak kalah besarnya akibat peralatan yang tidak terawat, kebocoran peralatan, atau pemanfaatan energi yang tidak hemat.
Marzan menyatakan, energi sebenarnya sangat mahal karena cadangannya yang sudah semakin menipis, namun karena adanya subsidi, maka masyarakat merasa energi di Indonesia sangat murah dan tak berpikir untuk berhemat.
Pemerintah juga sudah mencanangkan target menurunkan tingkat elastisitas energi kurang dari satu dan mengurangi intensitas energi sebesar satu persen per tahun.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar